> Budaya Jawa Semakin Tersingkir

ISI DUNYO

seeking identity self

02.10

Budaya Jawa Semakin Tersingkir

Diposting oleh KI "Wong Jowo" SEMAR


Poro sutresno ingkang dahat kinurmatan. Poro pangembating projo angkringan.or.id, ingkang dahat luhuring budi. Sagung poro pamiarso ingkang minulyo...

Pada kesempatan ini saya ingin membagi kawruh Kejawen yg memiliki falsafah dan nilai luhur. Jangan sampai "harta kekayaan" sebagai pusaka warisan leluhur menjadi punah karena kelalaian oleh anak turunnya sendiri.



Sesungguhnya ajaran Kejawen memiliki tingkat kearifan lokal (local wisdom) dan nilai luhur kabudayan, tetapi sejak era jatuhnya Majapahit hingga sekarang, ajaran tersebut terancam oleh upaya-upaya javanese cultural cleansing atau javanese cultural assasination, yakni pemusnahan dan pembunuhan budaya Jawa secara sistemik. Kita ketahui bahwa manuia Jawa adalah mayoritas suku bangsa, "hidup matinya" sangat berpengaruh terhadap kemajuan bangsa Indonesia. Sekalipun kejawen bukan agama, kenyataan bahwa dalam ajaran kejawen terdapat banyak sekali mengajarkan bebuden (budi pekerti) yang luhur. Sejalan dengan semakin tersingkirnya budaya Jawa, maka bangsa Indonesia juga mengalami degradasi moral. Bangsa ini sekarang terhimpit secara multi-dimensi oleh kebudayaan asing; Arab, Amerika, Eropa, Jepang, Cina,India, Eropa dst.. Padahal bangsa Indonesia pernah mengalami masa kejayaannya, sejalan dengan kejayaan ajaran kejawen waktu itu, yakni era Kerajaan Majapahit. Justru saat ini di tengah hiruk-pikuknya ceramah berbagai agama, tetapi ironis sekali, karena justru terjadi krisis ekonomi seiring dengan krisis moral, peradaban, dan kemanusiaan. Sekilas memang tak ada hubungan sebab akibat, tetapi coba anda renungkan dengan berangkat dari sikap netral, hati yg bersih dan jiwa yg bening. Hendaknya agama bukan menjadi alat menindas kearifan lokal dan nilai luhur kebudayaan lokal. Kejawen lalu dituduh (baca: difitnah) secara keji sebagai sumber kemusyrikan. Tahyul (iman kepada yg gaib), dan klenik (yg menghubungkan sesuatu dengan unsur metafisik), dan mistik (pencapaian pemahaman sampai ke dalam wilayah gaib, senada dengan tasawuf-nya agama Islam) sema istilah Jawa tersebut diartikan secara menyimpang dan sangat negatif. Benarkah demikian ?? TIDAK !!
Kita semua tahu bahwa Indonesia memiliki "prestasi besar" sebagai negara importir. Termasuk mengimpor agama-agama asing yang kemudian menyingkirkan budaya lokal. Kita memang perlu agama, tetapi tanpa harus menggilas kearifan lokal bukan ?

Saya mohon ijin untuk mengundang saudara-saudara yang budiman untuk berkunjung ke rumah maya kami untuk berbagi ilmu. Tak ada niat lain kecuali hanya keinginan untuk berpartisipasi mengembalikan bangsa Indonesia sebagai bangsa yg berbudi luhur (jer budi bowo leksono) lan mencintai bangsa dan tanah air sendiri (hamemayu hayning bawono). Agar supaya kelak bumi nusantara dapat meraih kembali kejayaanya yg "adil makmur gemah ripah toto titi tentrem kerto raharjo dadi keblating bongso sak dunyo"। Sumonggo mampir dulur...

1 komentar:

i putu yogi virgiawan mengatakan...

iya, setujuh dengan pendapatnya..
kite memamng telah memiliki budaya yang sangat arif, tp semua lengser dengan persepsi kita ttg agama itu sendri..
agama seharusnya bagai air sungai yang dapat menghidupi tanah sebgai budaya di sepanjang alirannya tersebut..
bukan berarti harus membunuh budaya itu sendiri..

Posting Komentar

thanks for your visit and do not forget to leave your comments, criticisms and suggestions can also be.